Terimakasih Masa Lalu
Percaya tidak kalau waktu dapat menyembuhkan rasa sakit? Saya percaya.
Kurang lebih 8 tahun yang lalu pertama kalinya dekat dengan seorang lawan jenis. Hingga pada akhirnya berada dalam suatu hubungan khusus. Awal dekat semua terasa bahagia. Bermacam imajinasi dan rencana-rencana pada waktu itu timbul dengan diiringi rasa bahagia. Komunikasi yang intens juga tak dipungkiri menambah rasa itu. Berbagai ucapan selamat dilontarkan dari teman-teman. Selama 6 bulan pertama tidak hanya rasa bahagia tapi juga di selipi pertengkaran-pertengkaran kecil layaknya pasangan. Alangkah bahagia pada saat itu.
Hingga pada suatu saat semua terasa tidak lagi indah. Tidak lagi bahagia. Pertengkaran-pertengkaran yang awalnya dianggap sepele menjadi semakin membesar tak pelak menimbulkan bekas luka yang menganga. Ah... jadi begini rasanya sakit hati dan kecewa. Ternyata benar, lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Selama 2 tahun mencoba bertahan, berusaha mengalah dan menjadi pasangan yang pengertian tapi tidak bisa lagi. Rasa sabarlah yang banyak berperan dalam hubungan itu dengan terselip doa berharap semua akan berubah suatu saat nanti. Tapi semua tidak berubah. Akhirnya diputuskan saja mengakhiri hubungan ini.
Pada awalnya berat sekali rasanya. Selama 2 tahun terbentuk suatu kebiasaan yang baru tiba-tiba harus melupakan semuanya. Tak jarang air mata ini jatuh karena mengingatnya. Terus terang saja, saat-saat itu tidak mudah dilalui. Selama 2 tahun berikutnya mencoba bangkit, alhamdulilah semua kembali terasa mudah. Mengingatnya hanya sebagai pembelajaran yang berharga dalam hidup dan tidak terus menerus tenggelam dalam kesakitan. Terimakasih masa lalu, saya mendapat pengalaman berharga yang akan terus dikenang. Bagaimana pun masa lalu hanyalah masa lalu tidak dapat diubah lagi. Kita sebagai manusia hanya bisa terus berjalan dan menatap masa depan.
Terimakasih, Masa laluku.
Best regards,
Masa Lalumu